
Berpikir positif sering dianggap sebagai kunci hidup bahagia dan sukses. Namun, ketika berpikir positif digunakan secara berlebihan dan tidak pada tempatnya, hal ini justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Fenomena ini dikenal dengan istilah toxic positivity.
PAFI KALIANDA (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) memandang pentingnya edukasi mengenai kesehatan mental yang seimbang dan realistis. Dalam berbagai kegiatan sosial dan edukatif, PAFI KALIANDA menekankan bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang selalu “berpikir positif,” tetapi juga tentang menerima dan memahami emosi secara utuh.
Apa Itu Toxic Positivity?
Toxic positivity adalah kondisi di mana seseorang terlalu menekankan pentingnya sikap positif secara ekstrem, hingga mengabaikan atau menekan emosi negatif yang wajar. Contoh yang umum adalah ketika seseorang sedang sedih atau kecewa, tetapi orang di sekitarnya justru mengatakan, “Yuk semangat terus, jangan sedih!” atau “Pikir yang baik-baik saja.”
Kalimat tersebut tampak baik di permukaan, tapi sebenarnya bisa membuat orang yang sedang berduka atau menghadapi masalah merasa tidak divalidasi emosinya. Menurut PAFI KALIANDA, semua emosi—baik positif maupun negatif—perlu diakui sebagai bagian dari keseimbangan mental yang sehat.
Ciri-Ciri Toxic Positivity
PAFI KALIANDA mengajak masyarakat untuk mengenali beberapa tanda toxic positivity yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:
-
Menyembunyikan perasaan sebenarnya demi terlihat selalu bahagia.
-
Merasa bersalah ketika mengalami emosi negatif seperti marah, kecewa, atau sedih.
-
Menghindari pembicaraan serius tentang masalah karena dianggap ‘merusak mood’.
-
Meremehkan masalah orang lain dengan kalimat seperti “Pasti ada hikmahnya” tanpa mendengarkan secara utuh.
-
Menolak bantuan profesional karena merasa cukup dengan ‘berpikir positif saja’.
Menurut PAFI KALIANDA, sikap seperti ini justru dapat menutup pintu pemulihan dan memperburuk kondisi mental.
Mengapa Toxic Positivity Bisa Berbahaya?
PAFI KALIANDA menjelaskan bahwa emosi negatif bukanlah hal buruk yang harus dihindari. Justru, emosi tersebut adalah sinyal alami dari tubuh dan pikiran kita. Menekan atau mengabaikan perasaan negatif bisa berdampak pada kesehatan mental jangka panjang, seperti munculnya stres kronis, kecemasan, bahkan depresi.
Alih-alih menyembunyikan perasaan, PAFI KALIANDA mendorong masyarakat untuk lebih jujur terhadap diri sendiri. Mengakui bahwa kita sedang sedih atau lelah bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian dalam menghadapi kenyataan hidup.
Bagaimana Menghindari Toxic Positivity?
Berikut beberapa langkah sederhana yang direkomendasikan oleh PAFI KALIANDA untuk mencegah toxic positivity dalam kehidupan sehari-hari:
-
Berempati, bukan memberi nasihat singkat. Saat teman atau keluarga sedang menghadapi masalah, dengarkan dulu sepenuh hati sebelum memberi tanggapan.
-
Validasi emosi. Ucapkan hal seperti, “Wajar kok kalau kamu merasa seperti itu,” agar orang lain merasa dimengerti.
-
Jujur terhadap perasaan sendiri. Tak apa merasa tidak baik-baik saja. Mengenali emosi adalah langkah awal penyembuhan.
-
Cari bantuan profesional. Jika emosi terasa berat, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga medis yang kompeten.
-
Bangun lingkungan yang suportif. PAFI KALIANDA juga mendorong komunitas untuk menciptakan ruang aman di mana semua orang bisa mengekspresikan perasaannya tanpa takut dihakimi.
Peran PAFI KALIANDA dalam Edukasi Mental Health
Sebagai bagian dari PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA, PAFI KALIANDA tidak hanya berfokus pada kesehatan fisik, tetapi juga aktif dalam memberikan edukasi tentang kesehatan mental. Melalui seminar, diskusi komunitas, dan kampanye sosial, PAFI KALIANDA berupaya menyebarkan informasi yang akurat dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya keseimbangan emosional.
Apoteker yang tergabung dalam PAFI juga memiliki peran penting dalam memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Selain sebagai tenaga kesehatan yang terpercaya, mereka juga menjadi garda depan dalam menyampaikan pesan bahwa merawat kesehatan mental adalah bagian tak terpisahkan dari hidup sehat.
Berpikir positif tentu baik, tapi jika dilakukan secara berlebihan dan memaksa, bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mental. Toxic positivity adalah bentuk tekanan emosional yang sering tak disadari, namun dampaknya bisa sangat serius.
PAFI KALIANDA mengajak kita semua untuk mulai membangun pola pikir yang lebih sehat dan realistis. Hargai setiap emosi, jangan ragu untuk merasa sedih, marah, atau kecewa. Semua itu adalah bagian dari proses menjadi manusia yang utuh.
Dengan dukungan dari komunitas seperti PAFI KALIANDA, kita bisa lebih bijak dalam menjalani hidup dan menciptakan ruang aman bagi diri sendiri maupun orang lain.